Recent Videos

Saturday, December 10, 2011

Tenun Indonesia Go Internasional

GUCCI dan Christian Dior berniat untuk menggunakan tenun Indonesia dalam varian produknya. Sektor industri tenun di Tanah Air akan kembali terangkat setelah beberapa tahun ini mengalami penurunan produksi. Bak gayung bersambut, pemerintah pun langsung menindaklanjuti kerja sama dengan dua label kenamaan dunia ini. Syaratnya, perlu ada label khusus untuk setiap produk yang menggunakan tenun Indonesia sehingga nama dan kualitas produk domestik juga ikut dikenal secara global.


"Kalau mau, ya bisa, misalnya Gucci by Indonesia. Dengan cara itu market kita jadi internasional. Mutu juga jadi internasional. Tinggal bagaimana mengaturnya," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di acara pameran tenun tradisional di Gedung Kementerian Perindustrian (Kemenperin), di Jakarta, beberapa waktu lalu. Sebagai langkah awal, Hidayat menyatakan pihaknya akan menemui Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Gatot Suwondo yang akan menjadi mitra dalam kerja sama ini. BNI berperan sebagai marketing dan perantara pembiayaan.
Dengan kerja sama tersebut, Hidayat berharap dapat mengangkat kembali sektor industri tenun tradisional. Tahun lalu, volume produksi tenun nasional mengalami penurunan hingga 40%. Jika dibiarkan, kondisi sektor industri tenun tradisional akan memburuk.
Turunnya produksi tersebut, kata Hidayat, disebabkan kurangnya minat para perajin untuk terus melanjutkan produksi tenun tradisional mengingat proses produksinya memakan waktu lama. "Proses produksi satu helai kain tenun dapat memakan waktu hingga tiga bulan, bahkan lebih," ujarnya. Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Fauzi Aziz mengatakan, turunnya volume produksi tenun nasional lebih karena masalah persaingan dan turunnya daya beli masyarakat internasional di daerah tujuan ekspor.
Turunnya volume produksi tersebut, lanjutnya, dapat disiasati dengan berkreasi dalam diferensiasi produk. Namun, hal itu juga menyebabkan banyaknya tenaga kerja yang dirumahkan sementara. Selain itu, perlu adanya kolaborasi untuk menembus pasar. "Perlu ada upaya lebih, misalnya
dengan sentuhan perancang, tenun bisa menembus pasar, baik domestik maupun luar negeri," katanya.
Tumbuh 20%
Ketua Pengurus Asosiasi Pengusaha dan Perajin Tenun Indonesia Tuty Cholid mengatakan, dari sekitar 4 juta perajin tenun skala menengah besar, volume produksi tenun sutra per tahun mencapai 15 juta meter.
Untuk tenun karun mampu diproduksi enam kali lipatnya atau sekitar 90 juta meter per tahun. Dari jumlah tersebut, hanya tenun sutra yang diekspor dan jumlahnya kurang dari 100 meter per bulan.
Hingga saat ini, pasar tenun katun masih terbatas di dalam negeri. Pada 2010, Tuty menargetkan pertumbuhan volume produksi naik 20% dari tahun lalu. "Ekspor sutra 100 meter per bulan di 2009. Tahun 2008 sekitar 80 ribu meter per bulan. Tujuan ekspor kita Jepang dan Eropa. Pasar Iwndnwde ada di sana."
Untuk menjaga sektor ini dari kepunahan, lanjut Tuty, perlu adanya pembinaan dan bantuan pembiayaan. "Pembinaan perlu agar perajin tahu ke arah mana. Apakah untuk specific interior, hoiiseiiold atau fashion. Jadi lebih tematik dan fokus," katanya.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops